Senin, 16 Februari 2009

Apa yang Harus Dilakukan AS Untuk Memperbaiki Hubungan Islam dan Barat ?

Bisa dipastikan Hillary Clinton akan datang ke Indonesia. Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton meninggalkan negaranya Minggu (15/2) Hillary terbang menuju Asia guna menjalankan misi pertamanya sebagai menlu Presiden Obama. Hillary dijadwalkan akan mengunjungi Jepang, Indonesia, Korea Selatan, dan China.

Di Indonesia, diperkirakan Hillary akan meletakkan dasar-dasar untuk sebuah ‘hubungan baru dan kemitraan strategis baru’ dengan negara yang memiliki jumlah umat Muslim terbesar di dunia. Hillary Clinton yang dijadwalkan akan menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Kamis (19/2), akan membahas, antara lain, masalah proposal perdamaian Palestina.

Upaya membangun hubungan baru dengan dunia Islam sejak awal ditegaskan Barack Obama dalam pidato inaugurasinya. Obama berjanji hubungan Amerika dan Dunia Islam akan didasarkan pada hubungan yang saling menguntungkan (mutual interest) dan saling menghargai (mutual respect). Dalam wawancara dengan TV al Arabiya, Obama juga mengakui AS terlalu sering mendikte. AS akan lebih banyak mendengar, ujarnya.

Ada yang optimis hubungan baru ini akan benar-benar terwujud. Namun tidak sedikit pula yang pesimis. Sikap diam Obama saat Gaza yang diserang dan tidak disinggung sama sekali krisis Gaza dalam pidato pelantikannya, merupakan sinyal awal keraguan itu. Ditambah dukungan Obama terhadap Israel dengan menyalahkan Hamas menambah keraguan itu.

Keraguan ini diperkuat dengan realita Amerika Serikat yang merupakan sebuah negara yang didasarkan pada sistem ideologi kapitalis yang demokratis. Amerika tidak bisa ditentukan oleh seseorang tapi banyak institusi yang saling mempengaruhi hingga munculnya sebuah kebijakan. Mulai dari lembaga legislatif, yudikatif, badan keamanan nasional, badan intelijen , kelompok kepentingan, kelompok bisnis, kelompok penekan seperti lobi-lobi yahudi sebagai kekuatan penekan.

Dan yang paling mendasar Obama harus menjalankan kebijakannya berdasarkan konstitusi AS yang berbasis ideologi kapitalis sebagai pandangan hidup (way of life) negara Adi daya itu. Kepentingan nasional terutama politik dan ekonomi merupakan faktor yang paling menentukan. Justru disinilah pangkal persoalan kenapa sulit berharap secara mendasar akan terjadi perubahan. Watak ideologi kapitalis yang ekploitatif dan dominatif telah mendorong AS menjalankan kebijakan kolonialnya yang kental dengan penjajahan. Obama sendiri dengan tegas menekankan tidak akan merubah sedikitpun way of life ini. Tampak dari kata-katanya saat pidato pelantikan, bahwa dia tidak akan menyesali ‘way of life’ yang dipilih oleh Amerika Serikat.

Hal mendasar yang seharusnya dilakukan oleh AS untuk membaiki hubungan AS-Islam tidak lain adalah menghentikan menjadikan dunia Islam sebagai objek kapitalisme global AS. Untuk itu langkah-langkah mendasar yang harus dilakukan AS terhadap dunia Islam :

Pertama : Menghentikan dukungan dalam bentuk apapun terhadap Israel dengan menetapkan Israel adalah negara ilegal yang menjajah negeri Islam. Dukungan terhadap negara Israel yang melakukan pembantaian masal merupakan tindakan keji kebijakan politik luar negeri AS terhadap negeri Islam. Tindakan ini jelas menyakitkan umat Islam.

Kedua : Menarik secara total pasukan AS dari negeri-negeri Islam seperti Irak, Pakistan, Afghanistan dan menghentikan serangan terhadap umat Islam di sana secara total. Keberadaan pasukan AS disana jelas-jelas telah jadi sumber malapetaka dengan korban lebih dari 1 juta orang.

Ketiga, memindahkan pangkalan militer AS dari negeri-negeri Islam seperti di Saudi Arabia, Kuwait, Turki. Pangkalan militer AS selama ini telah dijadikan basis penyerangan AS terhadap negeri Islam.

Keempat, menghentikan ekploitasi perusahaan-perusahaan Amerika di negeri Islam yang telah merampok dan mengeksploitasi kekayaan alam negeri Islam. Seharusnya kekayaan alam yang merupakan pemilikan umum (milkiyah ‘amah) seperti tambang emas, perak, minyak, gas adalah merupakan milik rakyat yang tidak boleh diserahkan kepada perusahaan swasta apalagi asing. Pemilikan umum ini seharusnya dikelola dengan baik oleh negara dan hasilnya diserahkan ke baitul mal untuk kepentingan rakyat banyak.

Kelima, membebaskan seluruh tawanan muslim yang ditangkap secara ilegal dari semua penjara AS baik yang resmi atau rahasia. Penangkapan atas tuduhan pelaku teroris sangat bias dengan kepentingan AS. Terorisme selama ini menjadi alat kepentingan AS.

Keenam, menghentikan secara total dalam bentuk apapun dukungan terhadap penguasa-penguasa diktator di negeri Islam seperti penguasa Saudi, Suriah, Irak, Afghanistan, Mesir, dll. Penguasa diktator selama ini telah menjadi kaki tangan kepentingan AS dengan melakukan kedzoliman terhadap umat Islam khususnya aktivis Islam yang dengan gigih dan ikhlas memperjuangkan syariah Islam dan menentang kediktatoran penguasa dzolim tersebut. Dukungan AS terhadap penguasa dzolim ini memperburuk citra AS sebagai negara penjajah.

Ketujuh, tidak mencampuri dan menghalangi keinginan kaum muslim di seluruh negeri Islam untuk mengganti penguasa mereka yang dzolim dan menegakkan sistem Islam yang menyatukan umat Islam di seluruh dunia dibawah naungan Khilafah. Sikap AS yang menghalangi perjuangan penegakan syariah Islam menjadi salah satu penyebab buruknya hubungan Islam dan Barat.

Faktor diatas merupakan penyebab utama buruknya hubungan Barat dan Islam selama ini. Tinggal pertanyaannya maukah AS melakukan ini ? Hampir dipastikan selama AS masih berpegang pada way of life dengan ideologi kapitalisme nya kebijakan AS tetap tidak akan merubah secara mendasar. Karenanya, upaya memperbaiki hubungan Islam-Barat adalah basa-basi politik yang menyesatkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar